KATA BIJAK

" SIAPA CEPAT DIA DAPAT .. KATA BIJAKK YUKK TAMBAHIN LAGI !!!!!...

Minggu, 24 Maret 2013

Cara Mengatasi Anak Nakal

Cara Mengatasi Anak Nakal



Jika membahas soal anak memang gampang-gamapng susah, terutama bagi anak yang nakal repotnya minta ampun. Anak yang nakal dan susah diatur mungkin ada kaitannya dengan latar belakang keluarga itu sendiri. Namun para orang tua yang memiliki anak yang nakal tidak usah bingung bagaimana cara mendidik dan mengatasi anak tersebut, disini saya akan memberikan tips cara mendidik dan mengatasi anak nakal mudah-mudahan tips yang saya berikan ini bisa menjadi solusi untuk anda dalam mendidik dan mengatasi anak anda.

Berikut ada beberapa cara mendidik dan mengatasi masalah tersebut:

* Didekati si anak ajak komunikasi sebagai teman
* Diberi kesempatan untuk bercerita tentang hal apa saja yang dia temui
* Diajarai sifat dan sikap tanggung jawab

Untuk membiasakan anak bertanggung jawab haruslah dimulai sejak dini, tanpa dibiasakan sejak kecil tidak mungkin anak mempunyai rasa tanggung jawab.

* Biasakan anak mengambil dan mengembalikan maiananya sendiri sebelum dan sesudah bermain
* Biaskan anak untuk melakukan tugas-tugas ringan sejak kecil
* Bisakan anak untuk menjaga kebersihan
* Bila nakal tegurlah dan diberi pengarahan
* Bila melakukan kesalahan dengan orang lain biasakan anak untuk minta maaf agar dia mengeri dan menyadari kesalahannya
* Biasakan anak untuk mengucapkan terimakasih bila ditolong atau diberi sesuatu oleh orang lain.


Di atas tadi merupakan cara mendidik anak, mendidik dan mengatasi anak adalah tanggung jawab kita para orang tua untuk itu jika anda merasa kesulitan mengatasi anak yang nakal segeralah cari solusi agar anda tidak salah dalam mendidik
Terkadang, anak-anak bisa melakukan hal-hal yang membuat orang tuanya marah. Kenakalan anak sangat wajar terjadi, apalagi di usia menginjak bangku taman kanan-kanak atau sekolah dasar. Marah atau kesal karena kenakalan anak memang tidak dilarang. Tapi jangan meluapkannya dengan membentak atau memarahi anak dengan nada tinggi dan kasar, bahkan kekerasan fisik sekalipun.]

1. Saat anak mulai mengesalkan dan membuat marah, tariklah nafas dalam-dalam secara perlahan. Tindakan ini akan mencegah Anda berkata kasar atau membentak si anak. Ulangi beberapa kali sampai perasaan sedikit tenang, sebelum Anda mengatakan atau berbuat apapun. Setelah tenang, otak pun akan berpikir lebih jernih sehingga Anda bisa mengontrol apa yang akan Anda bicarakan nantinya.

2. Ketika amarah mulai memuncak, memang sulit mengontrol diri. Tapi ingat, Anda sedang berhadapan dengan anak Anda sendiri. Cobalah pikirkan sifat-sifat positif yang ada pada diri si anak. Bayangkan bagaimana lucunya dia saat mulai belajar merangkak atau saat dia tertawa polos ketika Anda ingin memotretnya. Mengingat hal-hal baik dari anak, akan membantu Anda meredakan kemarahan dan bertindak lebih terkontrol.



3. Setelah berhasil mengontrol diri, ajak anak Anda bicara dari hati ke hati. Dalam hal ini, bertindaklah seperti teman. Posisikan tubuh Anda sejajar dengan tinggi badannya, tatap mata lalu bicara dengan nada pelan. Tanyakan kenapa dia berbuat sesuatu yang membuat Anda marah, apa yang diinginkannya. Sebaliknya, jangan menyuruhnya harus begini atau begitu.

4. Belajarlah lebih sensitif terhadap perasaan anak. Ketahui apa yang ditakutinya, keinginan, ketertarikan dan apa yang tidak disukainya. Dengan memahami anak, maka Anda bisa menyikapi masalah sesuai sudut pandang si anak.

5. Jika memang rasa marah seperti tidak bisa ditahan lagi, pergilah sebentar sebelum memulai pembicaraan dengan anak. Tinggalkan dia ke ruangan lain, jernihkan pikiran sebentar. Setelah lebih tenang, Anda bisa berkomunikasi lagi dengan anak Anda.

6. Hindari mengingatkan anak pada kesalahan yang dilakukan sebelumnya. Misal: “Tuh, kan, bisa sendiri. Ingat enggak minggu lalu, kamu masih dibantu terus sama Mbak?” Hal ini dapat menurunkan motivasi anak. Sebaliknya, kuatkan motivasi dengan melanjutkan pemberian penghargaan berupa pujian atau belaian dengan memberikan kalimat positif yang dibutuhkan anak, seperti “Wah hebat, ya, kamu sekarang bisa merapikan tempat tidur sendiri”.
7. Menunduklah saat berbicara dengan anak, terutama saat memberi kritikan kepadanya. Buat posisi (pandangan mata) Anda sejajar dengannya. Posisi sama ini membuat dirinya lebih nyaman, karena ia merasa Anda tidak mengintimidasinya dan Anda pun akan tetap menerima rasa hormat darinya.

8.Konsisten
Orang tua harus konsinten dengan apa yang pernah diajarkannya. Apabila hari ini anak diajarkan meletakkan piring kotor ke tempatnya, maka esoknya jangan biarkan ia meletakkan piring kotornya begitu saja di atas meja. Namun, jika orang tua salah, jangan sungkan untuk meminta maaf kepada anak.

9.Terapkan Aturan
Peraturan yang diterapkan sebaiknya berkaitan langsung dengan anak dan dapat memberikan dampak positif bagi tumbuh kembangnya.
Aturan juga perlu disesuaikan dengan tugas perkembangannya. Misalnya, anak usia 3 tahun diharapkan dapat mencuci dan melap tangannya serta makan dengan sendok dan garpu sendiri. Maka buatlah aturan tersebut dan terapkan pada anak usia 3 tahun.
10.Negosiasi
Anda bisa saja melakukan negosiasi dengan anak. Dengan syarat, sesuaikan dengan usia anak. Bernegosiasi dengan anak usia 3 tahun sangat berbeda dengan bernegosiasi dengan anak berusia 7 tahun.
Anak usia 3 tahun membutuhkan kalimat yang konkrit, jelas disertai dengan dampak langsung dari perilakunya.
Misalnya: “Jika kamu mandi sekarang, kamu bisa lebih cepat bermain di taman bermain dengan teman-teman. Tetapi, kalau kamu tidak mau mandi, badan menjadi tidak bersih dan kamu tidak bisa bermain dengan teman-teman, karena sebentar lagi mereka akan pulang”.
Sedangkan untuk anak usia 7 tahun, kita dapat melakukan negosiasi dengan lebih luas. Orang tua juga mulai dapat mengajak anak berdiskusi mengenai dampak positif dan negatif dari perilaku yang ingin diterapkan.

11.Beri Sanksi
Sanksi dapat diterapkan jika anak tidak bersedia untuk mengikuti peraturan yang telah disepakati bersama. Sebaiknya, sebelum diberikan sanksi, anak harus diikutsertakan dalam menentukan aturan, menetapkan penghargaan (rewards ), dan sanksi. Hal ini juga mengajarkan anak untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Sanksi yang bisa diterapkan bisa seperti time out hingga mengurangi waktu melakukan kegiatan yang disukainya.
Sanksi sangat tidak disarankan adalah hukuman verbal (bentakan, hinaan, ejekan, sindiran, dan sebagainya) maupun bersifat fisik (pukulan, jeweran, sentilan, dan sebagainya). Hukuman fisik maupun verbal dapat menimbulkan masalah perilaku yang lebih luas dan berdampak buruk bagi perkembangan psikologisnya, seperti bagaimana anak menilai dirinya, kepercayaan diri, dan kematangan dalam mengelola emosi.
Anak yang mendapatkan hukuman verbal dan fisik juga belajar mengungkapkan emosi justru melalui pukulan, bentakan, dan tindakan serupa lainnya. Mereka juga menilai, cara orang tua memperhatikan dirinya adalah ketika orang tua memberikan hukuman fisik atau verbal kepadanya, sehingga ia akan cenderung mengulangi perilaku yang tidak diharapkan. Selain itu, anak juga berjanji tidak mengulangi perilaku nakalnya hanya untuk menghindari hukuman fisik.

13.Puji Dia
Apabila anak menunjukkan perilaku yang diharapkan, orangtua dapat menunjukkan penghargaan, tapi jangan berupa imbalan atau hadiah yang bersifat materi. Sebaiknya, penghargaan yang diberikan berupa pujian yang tepat, belaian, pelukan, senyuman dan sikap orang tua lainnya yang dapat membuat anak merasa dihargai atas perilakunya. Penghargaan juga dapat berupa kegiatan bersama orang tua yang disukai anak. Misalnya memasak,

14.Memarahi anak secara primitif, kata Seto, berarti juga membuat anak kehilangan harga dirinya. Akibatnya, akan timbul reaksi atau pemberontakan dari sang anak. Mereka belajar memecahkan masalah dengan marah dan kekerasan, dari orangtuanya. Lalu, timbullah masalah-masalah baru dalam kehidupannya. la selalu berpikir dan bertahya-tanya, Mengapa saya susah sekali menyelesaikan suatu masalah?
Mungkin sulit dilakukan, sehabis marah Anda meminta maaf pada anak. “Tapi orangtua harus berani berbuat itu. Tidak ada salahnya memulai demi kebaikan bersama. Di situlah letak kemanusiawian kita,”. Nah, kenapa tidak Anda mulai dari Sekarang.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar